Hai
Sahabat, bagaimana kabar kalian? Semoga selalu sehat ya dan semoga selalu
berada dalam lindunganNya. Aamiin. Kali ini saya akan membahas mengenai
pengalaman pertama dalam menerbitkan karya pertama saya yang berhasil lolos di penerbit.
Bagi yang ingin menjadi penulis atau karyanya ingin diterbitkan pasti pengen
banget bukan jika itu juga terjadi pada sahabat semuanya? Namun jangan salah,
ternyata menerbitkan karya tidak semudah kita memasak mie instant. Wehehe.
Sejak
masuk organisasi kepenulisan dan mulai jatuh cinta sama pena, saat itu saya
semangat-semangatnya dalam merangkai kata, dan tidak disadari ternyata tulisan
saya sudah menjadi dua karya, namun karya yang sudah saya tulis belum berhasil
diterbitkan oleh penerbit impian saya. Sedih sekali kan? Nulis selama setahun
dapat dua karya, eh malah tidak bisa dibaca sama khalayak umum dan cuma bisa
dibaca sama diri sendiri.
Perjalanan
dalam menerbitkan karya pertama memang cukup panjang. Saat kumpulan tulisan
sudah tertata rapi dan menjadi dua naskah, saya pun ingin menerbitkan dua
naskah saya tersebut. Pertama, pada bulan november 2015, saya mengirimkan
naskah pertama saya pada penerbit yang paling saya kagumi, eh setelah nunggu
tiga bulan naskah ditolak. Pasti sakit ya sahabat jika naskah yang sudah kita
tulis dengan terus mencari inspiasi, butuh waktu yang banyak, eh namun
ujung-ujungnya ditolak, dalam sekejap hati ini hancur berkeping-keping.
Setelah
mengalami penolakan di penerbit pertama, saya pun terus semangat untuk
merevisi, dan kemudian bulan berikutnya saya mengirimkan lagi di penerbit yang
berbeda, namun ternyata ditolak lagi. Saat naskah pertama ditolak dua penerbit
rasanya hati ini lebih hancur.
Oke,
akhirnya saya beralih ke naskah kedua yang cukup terendap seperti ampasnya kopi
dibawah gelas yang sudah lama tidak diperhatikan sama mata ini. Ngomong apa
ini. Okeh lanjut ke topik. Naskah kedua pun saya tata rapi, dan pada bulan
februari tahun 2016 saya mengirimkan karya saya yang kedua, namun belum sampai
sebulan, eh dapat penolakan cinta lagi. Saya pun harus legowo (lapang dada),
karena memang saya baru jadi penulis pemula, itu pun masih perlu banyak
belajar.
Saat
naskah kedua ditolak, saya kembali lagi ke naskah pertama saya. Naskah pertama
penuh dengan revisi, tapi saya revisi sendiri kemudian dikirimkan lagi pada
bulan april tahun 2016 di penerbit yang berbeda antara penerbit pertama dan
kedua, dan sebulan lebih dapat penolakan lagi. Akhirnya saya pun pasrah
sejenak, memikirkan kesalahan naskah saya yang sudah tertuliskan sejak lama,
penuh dengan perjuangan dan ditolak lagi untuk keempat kalinya.
Penolakan
sebanyak empat kali tidak membuat diri saya kapok untuk terus menawarkan naskah
saya, dan akhirnya dengan sikap pasrah, saya mencampuradukkan dua naskah saya
yang temanya berbeda namun saya campurkan dengan menyusun topik baru laggi dan
saya kirimkan ke penerbit, dan hasilnya sangatlah mengecewakan karena ditolak
lagi untuk kelima kalinya. Sedih sekali ya nasib naskah saya. Wehehehe.
Dan
setelah mengalami beberapa penolakan akhirnya saya mengirimkan naskah saya yang
sudah tercampur aduk antara naskah pertama dan kedua. Saya kirimkan pada bulan
september 2016, saat itu saya harus menunggu selama dua bulan. Saat bulan movember
2016, saya mendapatkan email, dan akhirnya saya mendapatkan kabar bahagia,
karena sekian lama masih terjebak dalam jalan yang penuh dengan kegelapan,
namun akhirnya sudah menemukan sedikit titik terang. Wehehe. Naskah saya
diterima namun penerimaan naskah itu membuat diri saya galau lagi, karena
penerbit hanya bisa menerbitkan secara digital.
Akhirnya
saya memutuskan untuk menyetujuinya, karena daripada naskah saya nganggur,
tidak ada yang baca setidaknya naskah saya bisa dibaca oleh orang-orang diluar
sana melalui handphonenya. Oh iya, “kenapa sih kok tidak diterbitkan di blog
saja? Kan enak bisa langsung dibaca oleh orang-orang.” Jujur saja, saya dulu
tidak percaya diri sekali jika tulisan saya diterbitkan sendiri, karena takut
tulisan-tulisan saya malah bisa membuat perut pembaca mules-mules ingin ke
toilet. Akhirnya saya memutuskan untuk mengajukan naskah saya ke penerbit.
Saat
naskah saya diterima dan menunggu informasi selanjutnya, saya pun menulis
naskah selanjutnya dan ternyata saya juga baru tau kalau untuk menerbitkan
naskah tidak semudah kita masak air. Prosesnya lama, bahkan sampai hampir
setahun. Tapi saya tetap bersabar, karena perjuangan tidak akan menghianati
hasilnya.
Memang
benar apa kata pepatah “Jika kita mau berhasil, maka kita harus berani gagal.” Dan
disinilah saya banyak belajar, ternyata kesuksesan bukan saat kita berhasil
meraih apa yang kita inginkan tanpa ada tantangan, namun bagaimana keberhasilan
itu bisa diraih dengan perjuangan yang kita lakukan tanpa henti dalam
menghadapi berbagai macam tantangan.
Buat
sahabatku yang masih berkecimpung dengan revisinya skripsi, tetap semangat
yaaaa. Yakinlah bahwa semua pasti berhasil, yakinlah bahwa nulis, revisi, coret
sana sini akan memberikan pelajaran bagi diri kita, bahwa untuk mencapai sebuah
keberhasilan kita harus bisa tetap bertahan saat jatuh berkali-kali. Sukses
tidak membutuhkan seberapa hebat dan pintar diri kita, namun seberapa kuat kita
bertahan dalam menghadapi tantangan untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Oh
iya, bagi yang ingin membaca atau melirik karya pertama saya, silahkan klik
link berikut ini https://ebooks.gramedia.com/id/buku/jomblo-no-problem. Selamat beraktivitas, semoga bermanfaat catatan pena saya yang cukup amburadul
tulisannya. Wehehehe. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar