Selasa, 25 Juni 2019

Belajar dari Terbitnya Karya Pertama Bagi Pejuang Skripsi






            Hai Sahabat, bagaimana kabar kalian? Semoga selalu sehat ya dan semoga selalu berada dalam lindunganNya. Aamiin. Kali ini saya akan membahas mengenai pengalaman pertama dalam menerbitkan karya pertama saya yang berhasil lolos di penerbit. Bagi yang ingin menjadi penulis atau karyanya ingin diterbitkan pasti pengen banget bukan jika itu juga terjadi pada sahabat semuanya? Namun jangan salah, ternyata menerbitkan karya tidak semudah kita memasak mie instant. Wehehe.
            Sejak masuk organisasi kepenulisan dan mulai jatuh cinta sama pena, saat itu saya semangat-semangatnya dalam merangkai kata, dan tidak disadari ternyata tulisan saya sudah menjadi dua karya, namun karya yang sudah saya tulis belum berhasil diterbitkan oleh penerbit impian saya. Sedih sekali kan? Nulis selama setahun dapat dua karya, eh malah tidak bisa dibaca sama khalayak umum dan cuma bisa dibaca sama diri sendiri.

            Perjalanan dalam menerbitkan karya pertama memang cukup panjang. Saat kumpulan tulisan sudah tertata rapi dan menjadi dua naskah, saya pun ingin menerbitkan dua naskah saya tersebut. Pertama, pada bulan november 2015, saya mengirimkan naskah pertama saya pada penerbit yang paling saya kagumi, eh setelah nunggu tiga bulan naskah ditolak. Pasti sakit ya sahabat jika naskah yang sudah kita tulis dengan terus mencari inspiasi, butuh waktu yang banyak, eh namun ujung-ujungnya ditolak, dalam sekejap hati ini hancur berkeping-keping.
            Setelah mengalami penolakan di penerbit pertama, saya pun terus semangat untuk merevisi, dan kemudian bulan berikutnya saya mengirimkan lagi di penerbit yang berbeda, namun ternyata ditolak lagi. Saat naskah pertama ditolak dua penerbit rasanya hati ini lebih hancur.

            Oke, akhirnya saya beralih ke naskah kedua yang cukup terendap seperti ampasnya kopi dibawah gelas yang sudah lama tidak diperhatikan sama mata ini. Ngomong apa ini. Okeh lanjut ke topik. Naskah kedua pun saya tata rapi, dan pada bulan februari tahun 2016 saya mengirimkan karya saya yang kedua, namun belum sampai sebulan, eh dapat penolakan cinta lagi. Saya pun harus legowo (lapang dada), karena memang saya baru jadi penulis pemula, itu pun masih perlu banyak belajar.
            Saat naskah kedua ditolak, saya kembali lagi ke naskah pertama saya. Naskah pertama penuh dengan revisi, tapi saya revisi sendiri kemudian dikirimkan lagi pada bulan april tahun 2016 di penerbit yang berbeda antara penerbit pertama dan kedua, dan sebulan lebih dapat penolakan lagi. Akhirnya saya pun pasrah sejenak, memikirkan kesalahan naskah saya yang sudah tertuliskan sejak lama, penuh dengan perjuangan dan ditolak lagi untuk keempat kalinya.

            Penolakan sebanyak empat kali tidak membuat diri saya kapok untuk terus menawarkan naskah saya, dan akhirnya dengan sikap pasrah, saya mencampuradukkan dua naskah saya yang temanya berbeda namun saya campurkan dengan menyusun topik baru laggi dan saya kirimkan ke penerbit, dan hasilnya sangatlah mengecewakan karena ditolak lagi untuk kelima kalinya. Sedih sekali ya nasib naskah saya. Wehehehe.
            Dan setelah mengalami beberapa penolakan akhirnya saya mengirimkan naskah saya yang sudah tercampur aduk antara naskah pertama dan kedua. Saya kirimkan pada bulan september 2016, saat itu saya harus menunggu selama dua bulan. Saat bulan movember 2016, saya mendapatkan email, dan akhirnya saya mendapatkan kabar bahagia, karena sekian lama masih terjebak dalam jalan yang penuh dengan kegelapan, namun akhirnya sudah menemukan sedikit titik terang. Wehehe. Naskah saya diterima namun penerimaan naskah itu membuat diri saya galau lagi, karena penerbit hanya bisa menerbitkan secara digital.

            Akhirnya saya memutuskan untuk menyetujuinya, karena daripada naskah saya nganggur, tidak ada yang baca setidaknya naskah saya bisa dibaca oleh orang-orang diluar sana melalui handphonenya. Oh iya, “kenapa sih kok tidak diterbitkan di blog saja? Kan enak bisa langsung dibaca oleh orang-orang.” Jujur saja, saya dulu tidak percaya diri sekali jika tulisan saya diterbitkan sendiri, karena takut tulisan-tulisan saya malah bisa membuat perut pembaca mules-mules ingin ke toilet. Akhirnya saya memutuskan untuk mengajukan naskah saya ke penerbit.
            Saat naskah saya diterima dan menunggu informasi selanjutnya, saya pun menulis naskah selanjutnya dan ternyata saya juga baru tau kalau untuk menerbitkan naskah tidak semudah kita masak air. Prosesnya lama, bahkan sampai hampir setahun. Tapi saya tetap bersabar, karena perjuangan tidak akan menghianati hasilnya.

            Memang benar apa kata pepatah “Jika kita mau berhasil, maka kita harus berani gagal.” Dan disinilah saya banyak belajar, ternyata kesuksesan bukan saat kita berhasil meraih apa yang kita inginkan tanpa ada tantangan, namun bagaimana keberhasilan itu bisa diraih dengan perjuangan yang kita lakukan tanpa henti dalam menghadapi berbagai macam tantangan.
            Buat sahabatku yang masih berkecimpung dengan revisinya skripsi, tetap semangat yaaaa. Yakinlah bahwa semua pasti berhasil, yakinlah bahwa nulis, revisi, coret sana sini akan memberikan pelajaran bagi diri kita, bahwa untuk mencapai sebuah keberhasilan kita harus bisa tetap bertahan saat jatuh berkali-kali. Sukses tidak membutuhkan seberapa hebat dan pintar diri kita, namun seberapa kuat kita bertahan dalam menghadapi tantangan untuk mencapai apa yang kita inginkan.

            Oh iya, bagi yang ingin membaca atau melirik karya pertama saya, silahkan klik link berikut ini https://ebooks.gramedia.com/id/buku/jomblo-no-problemSelamat beraktivitas, semoga bermanfaat catatan pena saya yang cukup amburadul tulisannya. Wehehehe. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Papua, Destinasi Wisata yang Menjadi Tempat Idaman dan Masih dalam List Impian!

         pesona.travel     Papua, terkenal dengan hutan alami yang masih belum banyak terjamah tangan manusia seperti pulau-pulau ...