sumber: blue.kumparan.com |
Perkembangan
pendidikan di Indonesia sudah berkembang pesat. Hal ini dapat kita ketahui dari pendidikan wajib belajar 9 tahun menuju
pendidikan wajib belajar 12 tahun. Bahkan perkembangan pendidikan taman
kanak-kanak sudah mulai banyak berkembang di daerah-daerah dan diikuti juga
dengan perkembangan pendidikan anak usia dini.
Sayangnya,
dibalik terus berkembangnya pendidikan di Indonesia, justru berbanding terbalik
dengan perkembangan budaya literasi. Semakin cepat berjalannya waktu, budaya
literasi pun semakin menurun. Hal ini dapat kita lihat berdasarkan studi “Most
Littered Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State
University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60
dari 61 negara soal minat membaca (Gewati. 2016)
sumber: www.riri.id |
Hasil
studi tersebut telah menunjukkan bahwa Indonesia memiliki minat membaca
sangatlah rendah. Hal ini disebabkan karena rata-rata orang Indonesia hanya
membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari
rata-rata 30-59 menit (Puan dalam Nadlir 2018)
Apalagi
perkembangan teknologi di era digital semakin pesat dan membuat masyarakat jauh
lebih minat menggunakan gadget
daripada membaca buku. Bahkan, minat menggunakan gadget tidak hanya terjadi di masyarakat (orang dewasa) saja namun
juga terjadi pada anak usia dini. Anak-anak yang berusia 3 tahun pun bahkan
sudah mahir mengoperasikan gadget
dengan mengotak-atik aplikasi youtube dan bermain game. Hal ini membuat minat
membaca di Indonesia semakin menurun.
sumber: pendidikan.id |
Perkembangan
teknologi menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga dan masyarakat dalam mendidik
anak. Salah satunya bisa menghambat pertumbuhan literasi dan bahkan bisa
membuat anak lebih minat bermain dengan gadget
daripada bermain dengan teman sebayanya apalagi menumbuhkan budaya literasi
pada anak.
Hal
inilah yang menjadi PR besar bagi keluarga dan masyarakat dalam menumbuhkan
budaya literasi pada anak. Lalu, bagaimana solusi yang bisa diberikan pada
keluarga dan masyarakat untuk menumbuhkan budaya literasi pada anak?
Keluarga
menjadi pembelajaran pertama bagi anak, mulai dari lahir sampai tumbuh kembang
anak. Jadi, peran keluarga sangatlah penting dalam menumbuhkan budaya literasi
pada anak, karena dalam keluarga, suami ibarat kepala sekolah dan ibu ibarat
guru dalam pembelajaran anak. Dan setiap sekolah pasti ada kurikulum yang
diberikan, begitu juga yang harus dilakukan dalam keluarga agar membuat
kurikulum pembelajaran pada anak, salah satunya mengembangkan kurikulum dalam
keluarga dengan menumbuhkan literasi pada anak. Lalu, bagaimana usaha keluarga
dalam menumbuhkan budaya literasi pada anak?
sumber: satelitpost.com |
Salah satu usaha yang harus dilakukan untuk
menumbuhkan budaya literasi yaitu sering mengajak anak ke perpustakaan umum
atau membelikan buku yang menarik untuk anak, dan tidak lupa selalu mendampingi
dan mengajari anak agar selalu hobi membaca dan budaya literasi menjadi selalu
tertanam pada anak usia dini. Tidak hanya itu, peran keluarga dalam menumbuhkan
literasi juga bisa diusahakan dengan membuat perpustakaan pribadi yang nyaman
dan bisa menyajikan berbagai macam buku bergambar dan menarik untuk anak.
Tapi
tidak hanya keluarga saja yang berperan penting dalam menumbuhkan budaya
literasi, namun masyarakat juga berperan penting dalam menumbuhkan budaya
literasi. Lalu, bagaimana peran kita sebagai masyarakat dalam menumbuhkan
budaya literasi? Salah satu usaha yang dapat kita lakukan yaitu membuat taman baca
untuk umum.
Salah satunya kita bisa belajar dari
usaha masyarakat dan pemuda di Desa Mojoduwur, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten
Jombang, Jawa Timur dalam mendirikan 2 dari 7 pos kamling yang disulap menjadi
taman baca. Salah satunya ada di lingkungan RT02 RW03, Dusun Mojoduwur Utara,
Desa Mojoduwur. Pos kamling yang disulap menjadi area bermain dan membaca
disebut sebagai Pos Sudut Baca. (Syafii. 2019)
sumber: asset.kompas.com |
Keluarga dan masyarakat berperan penting
dalam menumbuhkan budaya literasi. Ketika keluarga dan masyarakat kompak dalam
menumbuhkan budaya literasi, maka di era digital ini anak-anak bisa mengurangi
penggunaan gadget dengan mengalihkan
perhatiannya pada buku.
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga
#LiterasiKeluarga
Daftar Rujukan:
Gewati. 2016. Minat Baca Indonesia Ada
di Urutan ke 60 Dunia (online). (https://edukasi.kompas.com/read/2016/08/29/07175131/minat.baca.indonesia.ada.di.urutan.ke-60.dunia?page=all).
Diakses 24 September 2019
Nadlir. 2018. Per Hari, Rata-rata Orang
Indonesia Hanya Baca Buku Kurang dari Sejam. (online). (https://nasional.kompas.com/read/2018/03/26/14432641/per-hari-rata-rata-orang-indonesia-hanya-baca-buku-kurang-dari-sejam).
Diakses 24 September 2019
Syafii. 2019. Kisah Pemuda Desa di
Jombang, Sulap Pos Kamling Menjadi Taman Baca. (online) (https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/regional/read/2019/07/25/10282441/kisah-pemuda-desa-di-jombang-sulap-pos-kamling-menjadi-taman-baca).
Diakses 25 September 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar